Peninggalan Kerajaan Banten
Sedikitnya kami telah merangkum adanya 7 peninggalan kerajaan Banten yang hingga kini masih dapat ditemui jejaknya. Ketujuh peninggalan sejarah tersebut di antaranya Masjid Agung Banten, Keraton Kiabon, Keraton Surosowan, Benteng Speelwijk, Danau Tasikardi, Vihara Avalokitesvara, dan Meriam Ki Amuk.
1. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah masjid peninggalan kerajaan Banten yang hingga kini masih berdiri kokoh dan dapat ditemukan di Desa Banten Lama, Kasemen. Keberadaan masjid ini cukup membuktikan bahwa dulunya Banten pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Masjid Agung Banten didirikan pada tahun 1652 atau tepat pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin. Arsitekturnya yang unik dan keberadaan mercusuar yang atapnya mirip pagoda China membuat masjid ini menjadi salah satu masjid terunik yang ada di Indonesia. Selain itu, masjid ini juga merupakan salah satu di antara masjid tertua di Indonesia yang cukup banyak didatangi para wisatawan hingga saat ini.
2. Istana Keraton Kaibon
Peninggalan kerajaan Banten selanjutnya adalah sebuah bangunan istana yang bernama Keraton Kaibon. Bangunan ini dulunya adalah tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah, ibu dari Sultan Syaifudin. Namun ketika terjadi bentrok antara pasukan kerajaan Banten dan pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1832, keraton ini kemudian menjadi hancur. Hingga kini kita hanya dapat melihat pondasi dan puing-puing dari bangunan ini.
3. Istana Keraton Surosowan
Selain keraton Kaibon, ada pula bentuk peninggalan kerajaan Banten lainnya yang berupa bangunan istana, yaitu Keraton Surosowan. Keraton ini dahulunya digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya, sekaligus sebagai pusat pemerintahan kesultanan Banten.
Kendati demikian, nasib istana yang dibangun di tahun 1552 ini juga hampir sama dengan Keraton Kaibon. Saat ini kita juga hanya bisa melihat pondasi dan sisa-sisa reruntuhannya saja bersama sebuah kolam pemandian yang dulunya digunakan para putri kerajaan.
4. Benteng Speelwijk
Sebagai kerajaan yang menguasai jalur laut, Kerajaan Banten di masa silam membangun beberapa benteng sebagai penyokong pertahanan maritimnya. Salah satu yang saat ini masih ada adalah benteng Speelwijk.
Benteng peninggalan kerajaan Banten ini dibangun pada tahun 1585 sebagai pertahanan serangan laut. Benteng yang tingginya 3 meter ini juga memiliki mercusuar di bagian atasnya untuk mengawasi aktivitas pelabuhan dan pelayaran Selat Sunda di masa lalu. Adapun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata di bawah tanah benteng ini terdapat sebuah terowongan yang menghubungkan benteng dengan Keraton Surosowan. Terowongan tersebut kemungkinan diperuntukan sebagai pelarian Sultan dan keluarganya saat ada keadaan darurat.
5. Danau Tasikardi
Kerajaan Banten juga memiliki peninggalan berupa sebuah danau buatan yang dulunya bernama Danau Tasikardi. Danau ini dibuat pada tahun 1570 sampai 1580, tepat pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Dahulu luas danau ini 5 hektare, namun, kini menyusut karena pengaruh sedimentasi tanah yang terbawa sungai. Danau Tasikardi pada saat itu adalah sumber air utama yang menyuplai kebutuhan air bagi keluarga kerajaan di istana. Tak heran bila di bagian dasarnya, danau ini dilapisi dengan lapisan batu bata. Kini, danau ini sudah kurang terawat karena minimnya perhatian dari pemerintah setempat.
6. Vihara Avalokitesvara
Meski kesultanan Banten bercorak islam, namun kita ternyata bisa menemukan bangunan rumah ibadah agama Budha sebagai salah satu peninggalan sejarahnya. Bangunan bernama Vihara Avalokitesvara ini menunjukan bahwa nilai-nilai toleransi yang tinggi telah hidup di dalam pergaulan sosial masyarakat Banten kala itu. Seperti peninggalan kerajaan Banten lainnya, vihara ini juga kerap dikunjungi para wisatawan. Keunikan arsitektur pada dinding bangunan yang dilengkapi dengan sebuah relief legenda siluman ular putih adalah daya tarik tersendiri yang menjadi ciri khas dan keunikan bangunan ini.
7. Meriam Ki Amuk
Benteng Speelwijk yang berfungsi sebagai pertahanan maritim tentu akan dilengkapi dengan senjata jarak jauh seperti meriam. Nah, di antara beberapa meriam tersebut, ada sebuah meriam yang ukurannya paling besar. Meriam ini bernama meriam ki Amuk. Dinamai demikian, karena meriam ini konon memiliki daya tembak yang sangat jauh dan daya ledak yang sangat besar. Meriam ini diperoleh dari hasil rampasan kerajaan Banten terhadap Belanda pada masa perang dulu.
Terima Kasih Telah Membaca Postingan Ini, semoga bermanfaat! BACA JUGA :
Sedikitnya kami telah merangkum adanya 7 peninggalan kerajaan Banten yang hingga kini masih dapat ditemui jejaknya. Ketujuh peninggalan sejarah tersebut di antaranya Masjid Agung Banten, Keraton Kiabon, Keraton Surosowan, Benteng Speelwijk, Danau Tasikardi, Vihara Avalokitesvara, dan Meriam Ki Amuk.
1. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah masjid peninggalan kerajaan Banten yang hingga kini masih berdiri kokoh dan dapat ditemukan di Desa Banten Lama, Kasemen. Keberadaan masjid ini cukup membuktikan bahwa dulunya Banten pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Masjid Agung Banten didirikan pada tahun 1652 atau tepat pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin. Arsitekturnya yang unik dan keberadaan mercusuar yang atapnya mirip pagoda China membuat masjid ini menjadi salah satu masjid terunik yang ada di Indonesia. Selain itu, masjid ini juga merupakan salah satu di antara masjid tertua di Indonesia yang cukup banyak didatangi para wisatawan hingga saat ini.
2. Istana Keraton Kaibon
Peninggalan kerajaan Banten selanjutnya adalah sebuah bangunan istana yang bernama Keraton Kaibon. Bangunan ini dulunya adalah tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah, ibu dari Sultan Syaifudin. Namun ketika terjadi bentrok antara pasukan kerajaan Banten dan pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1832, keraton ini kemudian menjadi hancur. Hingga kini kita hanya dapat melihat pondasi dan puing-puing dari bangunan ini.
3. Istana Keraton Surosowan
Selain keraton Kaibon, ada pula bentuk peninggalan kerajaan Banten lainnya yang berupa bangunan istana, yaitu Keraton Surosowan. Keraton ini dahulunya digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya, sekaligus sebagai pusat pemerintahan kesultanan Banten.
Kendati demikian, nasib istana yang dibangun di tahun 1552 ini juga hampir sama dengan Keraton Kaibon. Saat ini kita juga hanya bisa melihat pondasi dan sisa-sisa reruntuhannya saja bersama sebuah kolam pemandian yang dulunya digunakan para putri kerajaan.
4. Benteng Speelwijk
Sebagai kerajaan yang menguasai jalur laut, Kerajaan Banten di masa silam membangun beberapa benteng sebagai penyokong pertahanan maritimnya. Salah satu yang saat ini masih ada adalah benteng Speelwijk.
Benteng peninggalan kerajaan Banten ini dibangun pada tahun 1585 sebagai pertahanan serangan laut. Benteng yang tingginya 3 meter ini juga memiliki mercusuar di bagian atasnya untuk mengawasi aktivitas pelabuhan dan pelayaran Selat Sunda di masa lalu. Adapun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata di bawah tanah benteng ini terdapat sebuah terowongan yang menghubungkan benteng dengan Keraton Surosowan. Terowongan tersebut kemungkinan diperuntukan sebagai pelarian Sultan dan keluarganya saat ada keadaan darurat.
5. Danau Tasikardi
Kerajaan Banten juga memiliki peninggalan berupa sebuah danau buatan yang dulunya bernama Danau Tasikardi. Danau ini dibuat pada tahun 1570 sampai 1580, tepat pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Dahulu luas danau ini 5 hektare, namun, kini menyusut karena pengaruh sedimentasi tanah yang terbawa sungai. Danau Tasikardi pada saat itu adalah sumber air utama yang menyuplai kebutuhan air bagi keluarga kerajaan di istana. Tak heran bila di bagian dasarnya, danau ini dilapisi dengan lapisan batu bata. Kini, danau ini sudah kurang terawat karena minimnya perhatian dari pemerintah setempat.
6. Vihara Avalokitesvara
Meski kesultanan Banten bercorak islam, namun kita ternyata bisa menemukan bangunan rumah ibadah agama Budha sebagai salah satu peninggalan sejarahnya. Bangunan bernama Vihara Avalokitesvara ini menunjukan bahwa nilai-nilai toleransi yang tinggi telah hidup di dalam pergaulan sosial masyarakat Banten kala itu. Seperti peninggalan kerajaan Banten lainnya, vihara ini juga kerap dikunjungi para wisatawan. Keunikan arsitektur pada dinding bangunan yang dilengkapi dengan sebuah relief legenda siluman ular putih adalah daya tarik tersendiri yang menjadi ciri khas dan keunikan bangunan ini.
7. Meriam Ki Amuk
Benteng Speelwijk yang berfungsi sebagai pertahanan maritim tentu akan dilengkapi dengan senjata jarak jauh seperti meriam. Nah, di antara beberapa meriam tersebut, ada sebuah meriam yang ukurannya paling besar. Meriam ini bernama meriam ki Amuk. Dinamai demikian, karena meriam ini konon memiliki daya tembak yang sangat jauh dan daya ledak yang sangat besar. Meriam ini diperoleh dari hasil rampasan kerajaan Banten terhadap Belanda pada masa perang dulu.
Terima Kasih Telah Membaca Postingan Ini, semoga bermanfaat! BACA JUGA :
EmoticonEmoticon